Tugas Rangkuman Mata Kuliah Softskill
Ilmu Sosial Dasar
Dosen : Heri Suprapto
Nama : Annafsul Muthmainnah
Kelas/NPM : 1KA06/11113111
Akibat Pergaulan Bebas
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Masa
remaja merupakan masa dimana seorang individu mengalami peralihan dari
satu tahap ke tahap berikutnya dan mengalami perubahan baik emosi,
tubuh, minat, pola perilaku, dan juga penuh dengan masalah-masalah
(Hurlock, 1998). Oleh karenanya, remaja sangat rentan sekali mengalami
masalah psikososial, yakni masalah psikis atau kejiwaan yang timbul
sebagai akibat terjadinya perubahan sosial.
Melihat berbagai fakta
yang terjadi saat ini, tidak sedikit para remaja yang terjerumus ke
dalam lembah perzinahan (Free sex), disebabkan terlalu jauhnya kebebasan
mereka dalam bergaul, faktor utama masalahnya adalah kurangnya
pemahaman masyarakat saat ini terhadap batas-batas pergaulan antara pria
dan wanita. Disamping itu didukung oleh arus modernisasi yang telah
mengglobal dan lemahnya benteng keimanan kita mengakibatkan masuknya
budaya asing tanpa penyeleksian yang ketat.
Masa remaja merupakan
sebuah periode dalam kehidupan manusia yang batasannya usia maupun
peranannya seringkali tidak terlalu jelas. Pubertas yang dahulu dianggap
sebagai tanda awal keremajaan ternyata tidak lagi valid sebagai patokan
atau batasan untuk pengkategorian remaja sebab usia pubertas yang
dahulu terjadi pada akhir usia belasan (15-18) kini terjadi pada awal
belasan bahkan sebelum usia 11 tahun. Seorang anak berusia 10 tahun
mungkin saja sudah (atau sedang) mengalami pubertas namun tidak berarti
ia sudah bisa dikatakan sebagai remaja dan sudah siap menghadapi dunia
orang dewasa. Ia belum siap menghadapi dunia nyata orang dewasa, meski
di saat yang sama ia juga bukan anak-anak lagi. Berbeda dengan balita
yang perkembangannya dengan jelas dapat diukur, remaja hampir tidak
memiliki pola perkembangan yang pasti. Dalam perkembangannya seringkali
mereka menjadi bingung karena kadang-kadang diperlakukan sebagai
anak-anak tetapi di lain waktu mereka dituntut untuk bersikap mandiri
dan dewasa.
Kita telah mengetahui bahwa sebagian besar bangsa barat
adalah bangsa sekuler, seluruh kebudayaan yang mereka hasilkan jauh dari
norma-norma agama. Hal ini tentunya bertentangan dengan budaya
Indonesia yang menjujung tinggi nilai agama dan pancasila. Tidak ada
salahnya jika kita mengatakan pacaran adalah sebagian dari pergaulan
bebas. Saat ini pacaran sudah menjadi hal yang biasa bahkan sudah
menjadi kode etik dalam memilih calon pendamping. Fakta menyatakan bahwa
sebagian besar perzinahan disebabkan oleh pacaran. Bila kita menengok
kebelakang tentang kebudayaan Indonesia sebelumnya, pacaran (berduaan
dengan non muhrim) merupakan hal yang tabu. Dari sini kita dapat
menyimpulkan bahwa pacaran memang tidak dibenarkan dan tidak sesuai
dengan budaya Indonesia, demikian juga dengan budaya islam.
BAB II
PERMASALAHAN
2.1. REMAJA DAN ROKOK
Di
masa modern ini, merokok merupakan suatu pemandangan yang sangat tidak
asing. Kebiasaan merokok dianggap dapat memberikan kenikmatan bagi si
perokok, namun dilain pihak dapat menimbulkan dampak buruk bagi si
perokok sendiri maupun orang – orang disekitarnya. Berbagai kandungan
zat yang terdapat di dalam rokok memberikan dampak negatif bagi tubuh
penghisapnya. Beberapa motivasi yang melatarbelakangi seseorang merokok
adalah untuk mendapat pengakuan (anticipatory beliefs), untuk
menghilangkan kekecewaan (reliefing beliefs), dan menganggap
perbuatannya tersebut tidak melanggar norma(permissive beliefs/
fasilitative) (Joewana, 2004). Hal ini sejalan dengan kegiatan merokok
yang dilakukan oleh remaja yang biasanya dilakukan didepan orang lain,
terutama dilakukan di depan kelompoknya karena mereka sangat tertarik
kepada kelompok sebayanyaatau dengan kata lain terikat dengan
kelompoknya.
Gambar 2.1. Kandungan Racun Dalam Rokok
Gambar 2.2. Contoh Pelajar SMA Yang Merokok
Penyebab Remaja Merokok
1. Pengaruh 0rangtua
Salah
satu temuan tentang remaja perokok adalah bahwa anak-anak muda yang
berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia, dimana orang tua tidak
begitu memperhatikan anak-anaknya dan memberikan hukuman fisik yang
keras lebih mudah untuk menjadi perokok dibanding anak-anak muda yang
berasal dari lingkungan rumah tangga yang bahagia (Baer & Corado
dalam Atkinson, Pengantar psikologi, 1999:294).
2. Pengaruh teman.
Berbagai
fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja merokok maka semakin
besar kemungkinan teman-temannya adalah perokok juga dan demikian
sebaliknya. Dari fakta tersebut ada dua kemungkinan yang terjadi,
pertama remaja tadi terpengaruh oleh teman-temannya atau bahkan
temanteman remaja tersebut dipengaruhi oleh diri remaja tersebut yang
akhirnya mereka semua menjadi perokok. Diantara remaja perokok terdapat
87% mempunyai sekurang-kurangnya satu atau lebih sahabat yang perokok
begitu pula dengan remaja non perokok (Al Bachri, 1991)
3. Faktor Kepribadian.
Orang
mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan
diri dari rasa sakit fisik atau jiwa, membebaskan diri dari kebosanan.
Namun satu sifat kepribadian yang bersifat prediktif pada pengguna
obat-obatan (termasuk rokok) ialah konformitas sosial. Orang yang
memiliki skor tinggi pada berbagai tes konformitas sosial lebih mudah
menjadi pengguna
dibandingkan dengan mereka yang memiliki skor yang rendah (Atkinson, 1999).
4. Pengaruh Iklan.
Melihat
iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan gambaran bahwa
perokok adalah lambang kejantanan atau glamour, membuat remaja
seringkali terpicu untuk mengikuti perilaku seperti yang ada dalam iklan
tersebut. (Mari Juniarti, Buletin RSKO, tahun IX,1991).
2.2. PERGAULAN BEBAS
Masa
remaja merupakan suatu masa yang menjadi bagian dari kehidupan manusia
yang di dalamnya penuh dengan dinamika. Dinamika kehidupan remaja ini
akan sangat berpengaruh terhadap pembentukan diri remaja itu sendiri.
Masa remaja dapat dicirikan dengan banyaknya rasa ingin tahu pada diri
seseorang dalam berbagai hal, tidak terkecuali bidang seks. Seiring
dengan bertambahnya usia seseorang, organ reproduksipun mengalami
perkembangan dan pada akhirnya akan mengalami kematangan. Kematangan
organ reproduksi dan perkembangan psikologis remaja yang mulai menyukai
lawan jenisnya serta arus media informasi baik elektronik maupun non
elektronik akan sangat berpengaruh terhadap perilaku seksual individu
remaja tersebut.
Seks bebas merupakan tingkah laku yang didorong oleh
hasrat seksual yang ditujukan dalam bentuk tingkah laku. Faktor-faktor
yang menyebabkan seks bebas karena adanya pertentangan dari lawan jenis,
adanya tekanan dari keluarga dan teman. Dari tahun ke tahun data remaja
yang melakukan hubungan seks bebas semakin meningkat, dari 5% ada tahun
1980-an menjadi 20% di tahun 2000.
Munculnya istilah pergaulan bebas
seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan tekhnologi dalam
peradaban umat manusia, kita patut bersyukur dan bangga terhadap hasil
cipta karya manusia, karena dapat membawa perubahan yang positif bagi
perkembangan/kemajuan industri masyarakat. Tetapi perlu disadari bahwa
tidak selamanya perkembangan membawa kepada kemajuan, mungkin bisa saja
kemajuan itu dapat membawa kepada kemunduran. Dalam hal ini adalah
dampak negatif yang diakibatkan oleh perkembangan iptek, salah satunya
adalah budaya pergaulan bebas tanpa batas.
Dilihat dari segi katanya
dapat ditafsirkan dan dimengerti apa maksud dari istilah pergaulan
bebas. Dari segi bahasa pergaulan artinya proses bergaul, sedangkan
bebas artinya terlepas dari ikatan. Jadi pergaulan bebas artinya proses
bergaul dengan orang lain terlepas dari ikatan yang mengatur pergaulan.
Islam
telah mengatur bagaimana cara bergaul dengan lawan jenis. Hal ini telah
tercantum dalam surat An-Nur ayat 30-31. Telah dijelaskan bahwa
hendaknya kita menjaga pandangan mata dalam bergaul. Lalu bagaiamana hal
yang terjadi dalam pergaulan bebas? Tentunya banyak hal yang bertolak
belakang dengan aturan-aturan yang telah Allah tetapkan dalam etika
pergaulan. Karena dalam pergaulan bebas itu tidak dapat menjamin
kesucian seseorang.
Pacaran merupakan satu konsep yang sama dengan
pergaulan bebas. Dari sumber di atas kita telah mengetahui bahwa
pergaulan bebas tidak mengenal batas-batas pergaulan. Para remaja dengan
bebas saling bercengkrama, bercampur baur (ikhtilat) antara lawan
jenis, akibatnya mudah di telusuri berkembanglah budaya pacaran.
Kecintaan
terhadap lawan jenis adalah fitrah manusia. Tetapi pacaran bukanlah
wadah yang tepat. Cinta bukanlah sekedar pandangan mata ataupun
kerlingan. Bukan pula lembaran surat yang berisi pujian kata yang
melebihi dari ikatan pernikahan, dan cinta tidak akan berakhir dengan
pernikahan.
Banyak orang yang mengagungkan dan memproklamirkan kata
cinta. Namun mengapa gambaran dan kenyataan pahit mewarnai dunia cinta.
Betapa banyak cinta berujung pada pembunuhan bayi-bayi yang tak berdosa.
Banyak orang yang memiliki cinta melakukan hal yang keji. Cinta berubah
menjadi perceraian dan mengakibatkan suramnya masa depan generasi
mendatang. Mengapa pula cinta bisa dijajakan di sembarang tempat oleh
wanita berbusana minim ? Hal-hal yang mengenaskan sekaligus memalukan
itu menjadi daftar persoalan yng melingkupi dunia cinta.
Gambar 2.3. Remaja Pacaran
Penyebab Pergaulan Bebas :
1. Kurang mendapatkan perhatian khusus, baik oleh dirinya sendiri, orang tua, dan masyarakat sekitarnya.
2. Iman yang lemah.
3.
Eksploitasi seksual dalam Video klip, Majalah, Televisi dan Film-film
ternyata mendorong para remaja untuk melakukan aktivitas seks secara
sembarangan di usia muda, dengan melihat tampilan atau tayangan seks di
media, para remaja itu beranggapan bahwa seks adalah sesuatu yang bebas
dilakukan oleh siapa saja, dimana saja, semakin banyak remaja disuguhi
dengan eksploitasi seks di media, maka mereka akan semakin berani
mencoba seks di usia muda.
4. Orang tua juga melakukan kesalahan,
dengan tidak memberikan pendidikan seks yang memadai di rumah, dan
membiarkan anak-anak mereka, mendapat pemahaman seks yang salah dari
media, akhirnya jangan heran kalau persepsi yang muncul tentang seks di
kalangan remaja adalah sebagai sesuatu yang menyenangkan dan bebas dari
resiko ( kehamilan atau tertular penyakit kelamin ).
5. Pemahaman
Religi / Agama yang kurang, sehingga tak lagi dapat memahami akibat dari
pergaulan bebas, baik berakibat didunia maupun diakhirat pada akhirnya.
6. Krisis identitas
Perubahan
biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan terjadinya dua
bentuk integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam
kehidupannya.Kedua, tercapainya identitas peran. Kenakalan ramaja
terjadi karena remaja gagal mencapai masa integrasi kedua.
7. Kontrol diri yang lemah
Remaja
yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat
diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku
'nakal'. Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua
tingkah laku tersebut, namun tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk
bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya.
2.4. Remaja dan HIV/AIDS
Penularan
virus HIV ternyata menyebar sangat cepat di kalangan remaja dan kaum
muda. Penularan HIV di Indonesia terutama terjadi melalui hubungan
seksual yang tidak aman, yaitu sebanyak 2.112(58%) kasus. Dari beberapa
penelitian terungkap bahwa semakin lama semakin banyak remaja di bawah
usia 18 tahun yang sudah melakukan hubungan seks. Cara penularan lainnya
adalah melalui jarum suntik (pemakaian jarum suntik secara bergantian
pada pemakai narkoba, yaitu sebesar 815 (22,3%) kasus dan melalui
transfusi darah 4 (0,10%) kasus). FKUl-RSCM melaporkan bahwa lebih dari
75% kasus infeksi HIV dikalangan remaja terjadi dikalangan pengguna
narkotika. Jumlah ini merupakan kenaikan menyolok dibanding beberapa
tahun yang lalu. Beberapa penyebab rentannya remaja terhadap HIV/AIDS
adalah
1. Kurangnya informasi yang benar mengenai perilaku seks yang
aman dan upaya pencegahan yang bisa dilakukan oleh remaja dan kaum muda.
Kurangnya informasi ini disebabkan adanya nilai-nilai agama, budaya,
moralitas dan lainlain, sehingga remaja seringkali tidak memperoleh
informasi maupun pelayanan kesehatan reproduksi yang sesungguhnya dapat
membantu remaja
terlindung dari berbagai resiko, termasuk penularan HIV/AIDS.
2.
Perubahan fisik dan emosional pada remaja yang mempengaruhi dorongan
seksual. Kondisi ini mendorong remaja untuk mencari tahu dan
mencoba-coba sesuatu yang baru, termasuk melakukan hubungan seks dan
penggunaan narkoba.
3. Adanya informasi yang menyuguhkan kenikmatan
hidup yang diperoleh melalui seks, alkohol, narkoba, dan sebagainya yang
disampaikan melalui berbagai media cetak atau elektronik.
4. Adanya tekanan dari teman sebaya untuk melakukan hubungan seks, misalnya untuk membuktikan bahwa mereka adalah jantan.
5.
Resiko HIV/AIDS sukar dimengerti oleh remaja, karena HIV/AIDS mempunyai
periode inkubasi yang panjang, gejala awalnya tidak segera terlihat.
6.
Informasi mengenai penularan dan pencegahan HIV/AIDS rupanya juga belum
cukup menyebar di kalangan remaja. Banyak remaja masih mempunyai
pandangan yang salah mengenai HIV/AIDS.
7. Remaja pada umumnya kurang
mempunyai akses ke tempat pelayanan kesehatan reproduksi dibanding
orang dewasa. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya remaja yang
terkena HIV/AIDS tidak menyadari bahwa mereka terinfeksi, kemudian
menyebar ke remaja lain, sehingga sulit dikontrol.
BAB III
PENYELESAIAN MASALAH
3.1. Akibat dari Pergaulan Bebas
Melakukan
hubungan seks secara bebas merupakan akibat pertama dari pergaulan
bebas yang merupakan lingkaran setan yang tidak ada putusnya dengan
berbagai akibat di berbagai bidang antara lain di bidang sosial, agama
dan kesehatan sebagai berikut :
- Dalam seks bebas terkumpul
bermacam-macam dosa dan keburukan yakni berkurangnya iman si penzina,
hilangnya sikap menjaga diri dari dosa, buruk kepribadian dan hilangnya
rasa cemburu.
- Seks bebas menghilangkan rasa malu, padahal dalam
agama malu merupakan suatu hal yang amat ditekankan dan dianggap
perhiasan yang sangat indah khususnya bagi wanita.
- Menjadikan wajah pelakunya muram dan gelap.
- Membuat hati menjadi gelap dan mematikan sinarnya.
-
Menjadikan pelakunya selalu dalam kemiskinan atau merasa demikian
sehingga tidak pernah merasa cukup dengan apa yang diterimanya.
- Akan menghilangkan kehormatan pelakunya dan jatuh martabatnya baik di hadapan Tuhan maupun sesama manusia.
- Tuhan akan mencampakkan sifat liar di hati penzina, sehingga pandangan matanya liar dan tidak terjaga.
- Pelaku seks bebas akan dipandang oleh manusia dengan pandangan muak dan tidak percaya.
-
Zina mengeluarkan bau busuk yang mampu dicium oleh orang-orang yang
memiliki ‘qalbun salim’ (hati yang bersih) melalui mulut atau badannya.
-
Apa yang didapatkan para pelaku seks bebas dalam kehidupan ini adalah
sebaliknya dari apa yang diinginkannya. Ini adalah karena, orang yang
mencari kenikmatan hidup dengan cara bermaksiat maka Tuhan akan
memberikan yang sebaliknya dari apa yang dia inginkan, dan Tuhan tidak
menjadikan maksiat sebagai jalan untuk mendapatkan kebaikan dan
kebahagiaan.
- Perzinaan menyeret kepada terputusnya hubungan
silaturrahim, durhaka kepada orang tua, berbuat zalim, serta
menyia-nyiakan keluarga dan keturunan. Bahkan boleh membawa kepada
pertumpahan darah dan perdukunan serta dosa-dosa besar yang lain. Seks
bebas biasanya berkait dengan dosa dan maksiat yang lain sebelum atau
bila berlakunya dan selepas itu biasanya akan melahirkan kemaksiatan
yang lain pula.
- Seks bebas menghilangkan harga diri pelakunya dan
merusakkan masa depannya di samping meninggalkan aib yang berkepanjangan
bukan saja kepada pelakunya bahkan kepada seluruh keluarganya.
3.2. Hal-hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi Pergaulan Bebas
Dalam menjalani kehidupan alangkah baiknya bila remaja dibekali dengan
ilmu yang bermanfaat baik dari lingkungan sosial maupun di sekolahnya.
Berikut ini merupakan hal-hal ynag bisa dilakukan untuk menghindari
pergaulan bebas.
1. Kegagalan mencapai identitas peran dan lemahnya
kontrol diri bisa dicegah atau diatasi dengan prinsip keteladanan.
Remaja harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin figur orang-orang dewasa
yang telah melampaui masa remajanya dengan baik juga mereka yang
berhasil memperbaiki diri setelah sebelumnya gagal pada tahap ini.
2. Adanya motivasi dari keluarga, guru, teman sebaya untuk melakukan point pertama.
3.
Kemauan orangtua untuk membenahi kondisi keluarga sehingga tercipta
keluarga yang harmonis, komunikatif, dan nyaman bagi remaja.
4.
Remaja pandai memilih teman dan lingkungan yang baik serta orangtua
memberi arahan dengan siapa dan di komunitas mana remaja harus bergaul.
5.
Remaja membentuk ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh jika
ternyata teman sebaya atau komunitas yang ada tidak sesuai dengan
harapan.
6. Mendapatkan pengetahuan tentang sex education agar paham bahaya free sex.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan
uraian sebelumnya penulis akan menyimpulkan beberapa hal yang
mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca
semua pada umumnya, yakni sebagai berikut :
- Islam telah menetapkan
dan mengatur batas-batas dalam pergaulan bebas diantaranya dengan
menjaga dengan pandangan mata dan memelihara kehormatan.
- Islam tidak mengakui dan mengatur tata cara seperti yang ada pada saat ini.
-
Budaya pacaran adalah merupakan satu konsep yang sama dengan pergaulan
bebas dan dampak negatif (bahayanya) tidak jauh berbeda.
4.2. Saran
Pada kesempatan yang terakhir penulis hanya menghimbau agar kita semua
terjauhkan dari keburukan-keburukan pergaulan bebas. Penulis juga
berpesan jika ingin terhindar dari keburukan maka lebih baik jika
menikah. Karena dengan menikah akan membuka pintu keberkahan dan menutup
pintu kemaksiatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar